Haloo… Selamat malam, udah lama nih gak bloging :D
Kali ini aku
mau share materi nasihat nih… Teks di bawah ini (baca: materi nasihat) gak aku
bikin semata-mata buat aku share, tapi ada sejarahnya lhoo.. haha.
Gimana sejarahnya? Jadi gini, waktu ada Acara Festival Anak Sholih aku tuh dikasih amanah buat makilin lomba dakwah. Jadi dengan kesungguhan hati, aku buat deh teks ini. Tentunya juga sama ambil referensi sana-sini buat memperdalam isinya.. *ceileee :p
Gimana sejarahnya? Jadi gini, waktu ada Acara Festival Anak Sholih aku tuh dikasih amanah buat makilin lomba dakwah. Jadi dengan kesungguhan hati, aku buat deh teks ini. Tentunya juga sama ambil referensi sana-sini buat memperdalam isinya.. *ceileee :p
Di ajang Lomba
Festival Anak Sholih, yang pertama itu tingkat Desa. Syukur Alhamdulillah dapet
juara 2. Dan waktu itu aku bener-bener nggak nyangka banget. Why? Soalnya, aku persiapan cuma H-1. Kok bisa? Jadi waktu mau deadline
acaranya, satu kelompok BB sibuk nyiapain stand bazaar, termasuk aku juga. Dan
tau nggak pulangya itu jam 12 malem -,-
Sungguh perjuangan yang tak terlupakan. Tapi dibalik itu, bazaar kami laku keras lho wkkkk.
Sungguh perjuangan yang tak terlupakan. Tapi dibalik itu, bazaar kami laku keras lho wkkkk.
*ini dia nh, pialanyaa :D
Cek it out, ke
Acara Festival Anak Sholih yang ke-2. Nah, kali ini tingkat Daerah. Karena aku
dapet juara 2 di tingkat Desa, jadi aku dikasih amanah lagi buat maju dakwah
tingkat Daerah. Menang nggak? Alhamdulillah,
lagi-lagi dapet juara 2. Kali ini aku dapet piagam penghargaan sama bingkisan.
Over all, aku
seneng dan bersyukur banget bisa berpartisipasi di acara itu.
Ini dia nh… Silakan dibaca mba, mas, pak, bu, mbah… semuanya deh :D
Ini dia nh… Silakan dibaca mba, mas, pak, bu, mbah… semuanya deh :D
It’s special
for you :D *semoga aja bisa juga teks ini dijadiin nasihat via online* J
Silakan
membaca~
Assalamu’alaikum
wr. Wb.
(innaloha witer wayuhibul witer = sesungguhnya Alloh ganjil dan Alloh senang pada barang ganjil)
(innaloha witer wayuhibul witer = sesungguhnya Alloh ganjil dan Alloh senang pada barang ganjil)
Alhamdullilahirobil
alamin alhamdullilahiladi hada nalihada wama kuna linahtadia laula anhadanalloh
lakod’ja adrosuluhu bina bilhako, wanudu antil kumuljanatu uristumuha bima
kuntum takmalun, ashadu ala ila haillaloh wa ashadu ana muhammadan abekduhu
warosuluh solallohu alaihi wasalam wa ala alihi wa ashabihi ama bakdek.
Yang pertama dan yang paling utama, dalam
kesempatan yang Barokah ini marilah kita bersyukur atas nikmat Alloh yang
diberikan kepada kita semua. Alloh sungguh sangat bermurah hati telah
memberikan kenikmatan yang luar biasa yang selalu dicurahkan kepada kita selaku
orang Jama’ah.
Dan kita selaku manusia tak akan pernah
bisa menghitung nikmat yang telah diberikan oleh Alloh SWT, meskipun kita
berusaha menghitung setiap nikmat yang diberi oleh Alloh dengan menggunakan
rumus-rumus jenius seperti rumus matematika, Fisika, ataupun Kimia sekalipun. Karena
nikmat dari Alloh itu tiada terhitung banyaknyadan tak terhitung jumlahnya.
Tidak bisa dinominalkan di dunia ini. Sebagaimana Alloh telah berfirman..
Waintaudduu ni’matallahi laa tuhsuuhaa. (dan niscaya
jika menghitung nikmatnya Alloh tidak akan mampu)
Maka dari itu selalu diingatkan supaya
bersyukur, karena nikmat Alloh yang diberikan pada kita ini sangat luar biasa,
terus menerus diberikan kepasa kita sejak kita lahir. Adapun nikmat yang paling
pol yang tidak ada bandingannya dengan nikmat apapun di dunia ini yaitu kita
hidup sekali di dunia ini diberi Hidayah berupa agama islam yang berpedoman
pada Alquran dan Alhadits dan dilaksanakan secara berjamaah.
Dan dalam diri
kita, juga harus tertanam kuat dan kokoh bahwa Hidayah itu adalah nikmat yang
luar biasa yang tidak diberikan kepada setiap orang di dunia ini. Dengan
demikian kita akan selalu sadar bahwa sangat disayangkan jika kita
menyia-nyiakan nikmat yang telah diberikan oleh Alloh tersebut, yaitu berupa
hidayah. Dan perlu kita sadari bahwa hidayah hanya diberikan kepada orang-orang
yang dicintai dan disayangi Alloh saja. Sungguh bersukur kita selaku orang
Jama’ah, selalu mendapatkan curahan nikmat berupa hidayah.
Saudara Jam’ah
sekalian, jika kita membuka kembali kisah bagaimana paman dari nabi besar kita
Muhammada SAW, yang mana paman nabi itu sesungguhnya meyakini bahwa yang disampaikan
oleh nabi Muhammada adalah barang hak/benar dan beliau juga meyakini bahwa
Muhammad adalah Utusan Alloh. Selain itu beliau juga turut membantu, mendukung,
berkorban, bukan hanya hartanya tapi juga nyawanyapun dikorbankan untuk
mendukung Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Nabi Muhammada sangat menharapkan
keimanan pamannya, tapi sampai akhir hayatnya ternyata tidak diberi Hidayah
oleh Alloh. Di dalam hatinya paman nabi ingin mengucapkan Tauhid ‘laailla haillahoh‘ tapi cobaan berat apa
lagi teman-temannya dan tokoh-tokoh orang Musyik juga ada di situ, mempengaruhi
dengan ucapan : Wahai Abu Tholib, apakah kamu sudah lupa dengan kita-kita?
Apakah kamu sudah lupa dengan nenek moyang kita?
Akhirnya beliau
paman nabi menjawab : Al aruasyaddu
minannaar. Yang artinya malu lebih berat baiku dari pada neraka.
Demikian itu jika
dikembalikan kepada Alloh, berarti Alloh tidak memberikan Hidayah pada paman
nabi, padahal paman nabi itu telah rela berkorban demi membela Nabi Mohammada
SAW. Subbhanalloh, sungguh sangat
disayangkan.
Alahamdulillah
kita ini termasuk orang yang diqodar mendapat Hidayah, untuk itu kita ucapkan
syukur kepada Alloh dengan ucapan syukur Allahdulillah
hirobbil alamiin, kepada para perantara agama disyukuri Alhamdulillahi jaza ahumullohu khoiroh,
atas ketoatan para Jamaah sekalian disyukuri Alhamdulillahi jaza kumullohu khoiroh.
Saudara Jamaah
sekalian, keimanan atau Hidayah ini supaya kita jaga betul-betul, jangan
samapai lepas dari diri kita. Allhamdulillah kita sudah diberi resep 4 tali
keimanan, Insya Alloh kita akan tetap dalam diri kita samapai mati, akan selalu
dijaga ioleh Alloh.
Adapun yang
pertama yaitu bersyukur. Laingsakartum
ladzidannakum laingkafartum inna ada bilasyadide. Yang artinya jika kalian
bersyukur niscaya aku akan menambah nikmat pada kalian, dan jika kalian kufur
siksaku sangat pedih.
Sudah sangat
jelas kandungan dalil tersebut.
Jika kita
mendapat nikamat kita supaya mensyukuri atas nikmat tersebut, misalnya kita
diberi nikamat sehat kita itu harus mensyukuri, karena dengan kita mendapat
nikmat sehat dan mau mensyukuri maka Alloh akan menambah menambah
kesehatannya. Kemudian pada saat kita
mendapatkan rezeki, wakaupun kita mendapat rezeki yang sedikit tapi kok mensyukuri,
maka Alloh akan menambahnya yang lebih banyak.
Jadi dengan
bersyukur, kita akan terhindar dari sifat kufur. Dan apabila kita terhindar
dari sifat kufur maka tentu saja kita akan terhindar dari siksa kubur. Jika
saudara Jama’ah sekalian ditanya, ‘Apakah kalian mau mendapatkan siksa kubur?‘
tentu saja saudara jamaah sekalian tidak akan mau.
Seperti halnya
orang jamaah asal di Inggris, apabila ditanya demikian pasti merekan akan
menjawa ‘Absolutely no!‘ yang artinya tentu saja tidak. Dan apabila orang
jamaah dari suku Jawa ditanya demmikian, pasti akan menjawab ‚‘Nggih kula
mbuten purun‘. Dan apabila orang Jamaah asal Arab ditanya demikian, pasti
jawabnya laa yuriidu. (tidak mau)
Dan apabila ada
orang kufur ditanya, ‘Apakah kalian mau mendapatkan siksa kubur?‘ bisa jadi
mereka menjawab ‘Aku rak popo‘. Dengan kata lain mereka tidak paham atas
pertanyaan yang diberikan, bahkan mereka itu memang bukan orang paham. Dan
belum mendapatkan nikmat berupa hidayah dari Alloh SWT. Mereka juga tidak
percaya ada kehidupan setelah mati, yaitu di alam kubur dan akhirat berupa
surga dan neraka.
Saudara Jamaah
sekalian, semoga kita semua tidak tergolong orang-orang kufur. Dan semoga kita
semua termasuk golongan orang yang selalu mendapatkan curahan nikmat berupa
hidayah.
Adapun yang kedua
yaitu mengagungkan, Waman yuaddim sa
aairolloha fainnahaa mintakowal kulube. Yang artinya dan barang siapa yang
mengagungkan syair-syair Alloh maka sesungguhnya hal itu termasuk takwanya
hati.
Contohnya kita
mengagunggkan pada tanda-tandanya Alloh, yang termasuk syair alloh yaitu
masjid, masjid tidak boleh dikotori, malah kita mengkotri itu namanya tidak
mengagungkan. Selain itu juga Alquran, pada saat membawa Alquran tidak boleh
semabrangan. Kita angkat dekat dengan dada jangan sampai ditenteng seperti
membawa barang atau buku. Kemudian ada lagi mengagungkan syairnya Alloh yaitu
ketika menaruh Alquran, itu tidak boleh berada di paling bawah, Alquran itu
paling atas jangan sampai Alquran itu ditumpuk dengan buku ataupun
hadist-hadist, itu namanya tidak mengagungkan syair Alloh.
Adapun yang
ketiga yaitu mempersungguh, Walladiinajaa
haduu finaa lanahdiyannahum subulana. Yang artinya Dan orang-orang yang
mempersungguh di jalanku maka aku Alloh akan menunjukkan pada jalanku.
Mempersungguh itu
banyak halnya, mulai dari kedisiplinan waktu, melaksanakan ibadah dan
pengorbanan. Ketika mempersungguh dalam ibadah InsyaAlloh dalam beribadah kita
akan khusyuk. Dan ketika mempersungguh dalam hal keduniawian pasti sesuatu yang
kita kehendaki akan tercapai. Contohnya ketika ada seorang ingin melanjutkan ke
perguruan tinggi favorit.
Dan dalam mempersiapkan
segala sesuatunya pastinya banyak cobaan, yaitu seperti tergoda untuk main
twitter, facebook, PSan, nonton sinetron, bahkan diajak temannya untuk main di
luar, pokoknya di situ banyak sekali rintangannya. Jika kita di situ itu
mempersungguh, tetap berusaha, tidak tergoda dan tetap focus pada satu tujuan.
Pastinya siswa tersebut mendapatkan perguruan tinggi yang diharapkan. Tapi jika tidak mempersungguh, tidak mau
berusaha, ya tidak akan mendapatkan apa yang diharapkannya. Itu contoh jika
kita tidak mau mempersungguh. Pada intinya, jika kita mempersungguh sudah pasti
kita akan memmeroleh apa yang kita cita-citakan.
Kemudian yang
terakhir yaitu berdoa, Addua umukhul
ibadah. Yang artinya Doa adalah otaknya ibadah.
Jika kita ingin
selalu di dalam Hidayahnya Alloh dan dalam keimanan, ya kita harus berdoa. Sudah
sangat jelas dalam dalil tersebut bahwa doa adalah otaknya ibadah. Jika
diibaratkan dengan tubuh, otak merupakan pusat koordinasi tubuh. Apabila kita
tidak memiliki otak, mana mungkin kita dapat beraktivitas seperti apa yang kita
inginkan. Contohnya dalam hal duniawi saja, jika kita tidak memiliki otak,
apakah kita bisa membaca Alquran, mengaji dan aktivitas lainnya? Tentu saja
tidak. Apa lagi dengan doa, tanpa doa apakah kita bisa melaksanakan sholat 5
waktu? Jawabnya tidak. Karena di dalam sholat terkandung kumpulan doa, apa lagi
sholat itu adalah ibadah wajib. Sungguh tanpa berdoa kita akan tergolong
orang-orang kufur. Tanpa berdoa pula, kita akan tergolong orang-orang sombong.
Dan Alloh sangat membeci orang yang sombong. Jadi, kesimpulannya pada saat kita
mempunyai suatu cita-cita, keinginan ataupun harapan-harapan itu harus didoani,
untuk apa? Supaya barokah dan apa yang kita inginkan dapat dikabulkan oleh
Alloh dan tentunya diimbangi dengan usaha yang keras.
Itu lah contoh
dari 4 tali keimanan yang dapat saya contohkan, tapi apa bila ingin dijabarkan
itu akan banyak sekali.
Cukup sekian apa yang dapat saya sampaikan,
apabila ada kekurangan dalam bertuturkata saya mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena saya hanyalah manusia yang tak luput dari dosa dan khilaf. Dan apabila
ada lebihnya itu semata-mata rahmat dari Alloh SWT.
Wabilahitofik wal hidayah wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wabilahitofik wal hidayah wassalamu’alaikum Wr. Wb.
#Semoga bermanfaat… Alhamdulillahi jaza kumullohu khoiroh. J