Hallo hay...
Ketiga setelah Allah SWT dan orang tua, aku ucapkan terima kasih kepada YouTube. Baru aja aku dapat pelajaran berharga soal 'pengakuan' dari sosok Pahlawan Lingkugan Mbah Sadiman. Ini mungkin udah ngga up to date banget ya, aku lihat dari YouTube di acara yang diadain tahun lalu. Jadi kurang lebih seperti ini, banyak sekali aku jumpai orang menggilai atas pengakuan. Entah itu saat mendapat menghargaan atau apa. Kebanyakan yang aku amati (maaf kalau salah), orang ingin sekali diakui bahwa dia itu A, B, C. Itu semua sama sekali ngga ada salahnya (menurutku), tapi sejatinya value apa sih yang bisa dibawa. Melakukan sesuatu untuk sebuah pengakuan? Kok kedengarannya jauh dari ihklas dan esensi dari apa yang dilakukan ya (#selfreminder).
Guys, aku tanya. Sebenernya apa sih deep motivation temen-temen saat memulai sesuatu? Pasti jawabannya macam-macam. Semoga lillah ya. Dari yang aku tonton barusan di YouTube, menjadi sebuah penyadaran berharga bagi siapa saja. Mbah Sadiman, keren takjub. Mungkin juga si Mbah ngga pernah menyangka untuk mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Lingkungan setelah mengabdikan dirinya selama kurang lebih 20 tahun, menghijaukan hutan. Dialog inspiratif dalam reality show tadi mengajarkan "tak perlu mengagungkan diri" sebagai yang ter- ter-. Sempat juga ngobol dengan senior, herannya bilang begini "Juara di suatu lomba atau event sebenernya bahaya des", kurang lebih begitu. Maksudnya bukan untuk membatasi presetasi ya hehe, jadi kalau sang juara itu jadi mengagungkan diri, disitu masalahnya. Boleh percaya diri, tapi di atas langit masih ada langit. Lebih bijaksananya, semakin menunduk saja seperti padi :)
Idaman untuk mencapai 'hasil', kadang bisa bikin bias proses yang harus kita lakukan (aku bicara soal ini karena aku pernah ngalamin). Intinya prosesnya dulu, ikhlas (ciye, aku masih belajar nak, ingetin kalo salah). Pencapaian itu bukan akhir segalanya, atau pun bukan trofi atau penghargaan yang bisa dipantengin tiap detik. Itu nol, yang penting sejauh mana value-nya.
Aku mengaguminya, yang bekerja tanpa berbisik, baiknya cukup dia yang tahu, manfaatnya biar orang yang merasakan. Tak perlu pengakuan, karena alam dengan sendirinya yang akan mengungkap. Bekerja seperti "Akar", tak telihat tapi besar manfaatnya. Tak perlu menampakan diri demi kokohnya bagian yang lain untuk terus menjulang. Kongrit. Aku juga dapat pelajaran ini dari sosok teman yang sampai sekarang masih ingat namanya, hebat tapi hal itu tak pernah terucap olehnya, tak pernah mengungkap baiknya, cukup alam yang tahu. Akhirnya kunamainya sebagai 'akar yang lain'.
Sekian ya, entah berfaedah atau ngga. Ini aku tulis berdasarkan pendapatku sendiri dan cara pandangku terhadap suatu hal. Kalau salah mohon diluruskan :)
Pesannya kalau udah meroket jangan lupa ingat daratan. Kalau awal berkarya niatnya pingin diliat orang lain, mending murnikan niat dulu. Biar bisa dicatat sama Malaikan Rokib hehe. Kalo ngaji atau ibadah aja selalu diingetin buat niatnya mukhlislillah karena Allah, yang ini juga dong. Karena apa yang didapat akan sesuai apa yang diniatkan.
Ykt, 22 Juli 2017
09:56 AM
Pictsource: http://ae01.alicdn.com/