Bola basket. Apa yang kau pikirkan tentang bola basket? Kedengarannya biasa saja, tapi percayalah hal itu mengingatkanku pada semangat waktu itu. Ini akan sedikit flashback pada cerita beberapa tahun lalu. Tepatnya pada saat aku masih kelas VII SMP. Masih kecil ya hehe. Saat itu aku baru saja lulus Sekolah Dasar, masa dimana aku sering di-bully hiks. Sudah lewat saja, ini akan memakan banyak waktu kalau aku ceritakan juga di sini. ☺
Yap, selepas itu akhirnya aku diterima di SMP Negeri 1 Adipala. Sekolah menengah yang menjadi favorit di daerahku, kurang lebih seperti itu kata kebanyakan orang. Lalu apa sih yang dipikirkan anak seusia SMP? Aku saja lupa apa yang aku pikirkan sewaktu itu. Kurang lebih aku mulai mengenal teman-teman baru, guru-guru baru, dan pelajaran-pelajaran baru yang belum diajarkan di SD. Aku mulai mengenal mata pelajaran yang semakin kompleks. Jugaa beberapa eksterakulikuler yang ada. Ini bagian yang aku suka.
Kali ini entah upacara bendera keberapa yang aku ikuti sejak masuk SMP. Tapi ingat betul, kalau itu adalah upacara bendera yang bersejarah. Dimana aku sangat termotivasi untuk mengikuti ekstrakulikuler basket. Wow. Emang bisa basket? Namanya juga belajar, awalnya niat dulu tong. Kenapa sih ngebet banget pingin ikut basket? Jadi gini nih, upacara waktu itu sekaligus penyerahan penghargaan buat para atlet yang juara di POPDA (Pekan Olahraga dan Seni). Aku liat ada beberapa kakak kelas yang keren-keren dipanggil. Bukan dipanggil ke BK ya :p. Ini dipanggil karena mereka dapat penghargaan dan dikalungkan medali satu-satu. Sebagai anak SMP yang masih polos, aku merasa kalau itu keren banget. Aku cuma membayangkan kalau aku disana. Haha.
Jadi keputusanku untuk mendaftarkan diri di eskul basket sudah bulat, sebulat bola basket. Untuk jadwal latihan tidak terlalu padat, hanya dua kali dalam seminggu di hari Senin dan Rabu. Untuk bergabung di eskul ini tidak perlu seleksi yang ketat, cukup niat yang kuat dalam hati. Karena seleksi alam pun berlaku, siapa yang tangguh dan berkomitmen akan bertahan. Aku termasuk yang bertahan ngga nih? Kita lihat saja ya.
Latihan, latihan, latihan. Terbentur, terbentur, terbentur. Kali ini belum terbentuk seperti halnya kutipan Tan Malaka. "Terbentur, terbentur, terbentuk". Ini masih proses awal. Awal-awal latihan, diri ini masih terlalu berambisi dan bisa dibilang sedikit egois dalam bermain. Hmm, kurang baik ini. Namun seiring berjalannya waktu bermain secara tim pun perlahan terbangun. Ini latihan juga perlu perjuangan. Kadang kalau mainnya tanpa sepatu, telapak kaki bisa melepuh di bagian-bagian tertentu. Tapi ini bukan seseram luka bakar kok hehe. Soalnya lapangannya outdoor, kadang kena panas dan permukaannya kasar.
Setelah latihan rutin sekitar beberapa bulan, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Pembukaan pendaftaran POPDA, di sini dibuka beberapa cabang olahraga, atletik, dan seni. Tentu saja aku masuk ke cabang bola basket putri. Kali ini latihan intensif, sampai ijin kelas buat latihan khusus, siang, sampai dilanjut sore. Begitu terus sampai tim ini jadi kuat. Tapi belum sekuat para pemain di Kuroko no Basuke :( Ini jenis animasi Jepang tentang pemain basket yang udah master. Oke, pecinta anime pasti tahu. ☺
Sebagai anak SMP yang masih polos, aku merasa basket itu eskul yang paling oke, paling keren, paling gauul. Sampai aku bener-bener jatuh cinta sama basket. Latihan siang-siang sampe iteeeem. Sampai suatu hari ada yang bilang, "Des, kamu pake topeng ya? Item banget". Ini lah awal perjuangan guys, buat jadi jawara. Dan benar adanya, ketika hari itu tiba. Aku bermain semanis mungkin dan masuk ke tim inti. Bermain dengan tim terbaik se-Kabupaten Cilacap, hitung saja ada berapa sekolah menengah pertama di Kabupaten Cilacap. Tapi bisa dibilang tidak semua sekolah mengirimkan timnya.
Suara peluit, suara decit sepatu, suara drible bola tak asing lagi di masa itu. Riuh suporter menguatkan semangat, merasa jadi bintang lapangan. Ea eaa. InsyaAllah yha top scorer. :D Bermain basket bukanlah sesuatu yang mengasikkan kok, tentu saja jika tidak bermain dengan hati. Karena aku sudah terlanjut jatuh cinta, pikirku waktu itu terus bermain sampai titik penghabisan. Napas perlu diatur juga, karena main basket itu lari bukan jalan santai kalau Agustus-an. Bener-bener lari buat ngejar bola, dan merebut dari lawan. Awas saja kalau kelihatan jalan, papah (red: pelatih) pasti marah. Adapun luas lapangan sekitar 28x15 meter, cukup jauh untuk berlari kesana-kemari untuk ukuran anak SMP. Jujur ini menyenagkan, walaupun harus ngos-ngosan dan menguras tenaga. Nah, langsung saja berita bahagianya... Tim kami dapat juara III setelah melawan tim sebelah yang badannya lebih gede. :( Ini judulnya kalah postur. Ya sudah tim kami yang masih imut-imut, kecil cabai rawit sampai pada titik ini. But, overall Alhamdulillaaah.
Ingat awal motivasiku main basket? Yaitu karena aku pingin medalinya, tapi ternyata kejuaraan kali ini dapatnya piala bukan medali. Telolet telolet. Ibarat kata, 'terhempas' sudah harapan. Tapi nyatanya aku tak sampai patah hati kok hehe. Aku tetap jatuh cinta dengan basket sampai masa SMA. Waktu SMA juga sama, mendapat juara II tapi untuk kejuaraan sekolah menengah atas. Bagiku perjuangan yang telah lalu sudah dapat penawarnya. Bahagia betul dan merasakan sensasi prosesnya. Karena aku merasa memilikinya (red: basket) selama proses itu berlangsung, jadi hasil adalah sebuah bonus atas perjuangan yang diberikan.
Sekarang aku bukan lagi anak SMP kelas VII, aku sudah mahasiswa semester VI. Selisih satu angka ternyata. Terkadang semangat naik turun kayak timbangan. Coba saja ingat waktu itu, aku begitu semangat dan mempunyai motivasi yang begitu kuat, walaupun as simple as that.
Beberapa kali aku mengikuti seminar yang berkaitan dengan mimpi. Beberapa peserta menanyakan hal yang sama, "Bagaimana mengkonsistenkan mimpi?". Jawaban salah satu pembicara yang masih aku simpan adalah "Create your deep motivation". Sesimpel ketika aku ingin sekali medali waktu memenangkan basket. Tapi ternyata bukan masalah ketika pada hasilnya tidak sesuai. Karena barangkali kita sudah mencintai prosesnya, mengkerahkan segalanya, dan berusaha secara maksimal.
Semester VI, bukan saatnya main-main lagi. Ini adalah penentuan, ingat banyak harapan supaya aku bisa lulus cepat. Aku pun mengusahakan ini. Belajar dari kisah sendiri tentang bola basket. Ternyata pola pikir anak kecil itu sesederhana itu. No overthinking dan yang terpenting jalankan dan prosesnyaaaa. Proses, proses, dan proses. Lagi lagi ini langkah yang paling enggan untuk dieksekusi. Jadi kuputuskan untuk jatuh cinta pada prosesnya, semoga hasil pun tak jauh dari angan-angan. Angan-angan tanpa gerak hanya akan jadi angan-angan belaka, susun strategi dan terus berproses. :)
Jatuh cinta dulu pada prosesnya, insyaAllah hasil akan menyesuaikan ekspektasi (Destri, 2017).
Cilacap, 6 Maret 2017
10:49 PM
Pic source: www.sangpengajar.com
No comments:
Post a Comment