Hallo selamat pagi..
Pagi yang cerah ya, secerah kabar bahagia itu datang bersama angin pagi yang membawa asa. Ditambah lagi hari ini libur, kebahagiaan yang hakiki. Dan telah diriwayatkan dalam kisah ini, kemarin adalah hari yang luar biasa. Prosesnya greget, bolak-baliknya greget, persiapannya greget, pengalamannya juga greget. Alhamdulillah hasilnya juga InsyaAllah greget.
Dear orang yang tersayang (orang tua), temen-temen, mas, mbak, kakak, adik, makasih ya atas supportnya. Luar biasa, entah saya mau bilang apa. Prosesnya mantap jiwa kalau orang bilang. :D
Bismillah, mau nulis sepenggal cerita kemarin. Cerita yang menambah perspektif baru tentang hal yang ingin diperjuangkan. Tentang deep motivation, tentang hasrat untuk mencapai sebuah pencapaian, tentang rasa, dan tentang manajeman berfikir.
Beberapa hari lalu, waktu saya mendapat poster lomba yang saya ikuti kemarin. Saya merasa tertarik untuk mencobanya, walaupun niat sempat surut waktu mau bayar pendaftaran hehe (makhlum ya anak kos). Tapi akhirnya disela-sela waktu terkhir, saya mendaftarkan diri menjadi peserta lomba. Transfer lah saya di hari 'terakhir pendaftaran', which is hari pendaftaran udah diperpanjang sebelumnya. Tapi tak sia-sia dan Alhamdulillah dapat juara..... 1st winner. :)
Banyak cerita dibalik itu semua, mulai dari kereta, tiket abis, dosen pendamping, bus, gojek, Stasiun Purwosari, saling tunggu, kantin, sampai si abang dari Bandung. Paket lengkap ya. Ohya, bdw ikutan lomba apa sih sebenernya? Nama event nya itu Indonesian Medical Record Competition yang diselenggarakan oleh Apikes Citra Medika Surakarta, dimana terbagi menjadi tiga kategori yaitu Statistik Rumah Sakit, Pemrograman Rekam Medis, dan yang terakhir Manajemen Unit Kerja. Yang terakhir ini nih yang saya coba perjuangkan *ehh. Iya, benar memang adanya demikian. Kalau Statistik Rumah Sakit, rasa-rasanya saya belum dulu karena ngga terlalu eksak-able, malah akhir-akhir ini lebih suka soshum. Kalau pemrograman, bisa-bisa coding gatot, mungkin karena potensi di pemrograman masih timbul tenggelam ya. Nah, kalau Manajemen Unit Kerja ini lah yang sampai saat ini menjadi passion. Lebih suka manajemen, lebih suka menganalisis permasalahan lalu mencari solusi, konkrit, dan semoga solutif. Apa lagi kalau manajemen dikolaborasikan dengan leadership, pasti akan menciptakan suatu yang luar biasa.
Padahal ini belum masuk inti cerita, tapi udah panjang bener ya. Jarang-jarang prolognya sepanjang ini. Nah, karena prosesnya berhari-hari jadi saya coba tulis per part. And those are really memorable moments for me, thank you so much for everyone who involved in my journey.
Sabtu, 25 Maret 2017
Ini adalah hari dimana saya memulai Technical Meeting, belum terpikiran bakal sama siapa ke Surakarta, sampai pada akhirnya ada temen yang nawarin buat nemenin. Awalnya ngga ada niatan buat ngajak siapa pun, kepikiran aja kalau waktu mereka bakal ngga produktif cuma buat nemenin TM doang hehe. Ehh ternyata doi nawarin diri, Alhamdulillah rejeki nomplok. Doi ini namanya Dyan, anak yang kalo selfie bilang 'aduh kayak ibu-ibu ya', padahal kan mother characteristic ya a.k.a keibuan :D
Rencana awal ingin naik kereta pukul 7.15 (biar so sweet) tapi ternyata kehabisan tiket. So, dengan berat hati kami menuju Terminal Giwangan dan akhirnya naik bus. Ala-ala anak muda, kami berdua ngobrol banyak hal mulai dari kisah merah jambunya doi, soal kampus, persiapan lomba, dan hal remeh temeh ngga penting lainnya. Cukup sekitar satu jam lebih beberapa menit, kami sampai di Surakarta. Turun di depan Rumah Sakit Panti Waluyo dan naik gojek sampai Apikes Citra Medika. Sampai sana sekitar pukul 08.30, sedangkan TM terjadwal pukul 10.00. Jadi kami memutuskan untuk sarapan pagi dulu di kantin. Hal yang paling saya ingat, saya berasa orang asing waktu itu. Bukan karena apa, tapi setiap mata memandang dan saya berasa salah kostum (read: kaya anak main). Semua mahasiswa berseragam rapih, berjilbab dengan warna yang sama dan memakai hair net bagi yang tak berjilbab. Meskipun awkward moment, kami pun tetap makan dengan tenang dan seolah tak terjadi apa-apa. Akhirnya perut pun kenyang.
Kali ini ngobrol cantik "Eh Des, gimana kalo nanti aku ngga boleh masuk?". "Halah udah, katanya bebas kok, kamu jadi pendamping aku aja" jawabku. Dan ternyata doi beneran ngisi presensi di daftar dosen pendamping. Itulah sedikit obrolan singkat yang 'kurang penting'. Saat TM pun kami kasak-kusuk ngga jelas (ngebahas soal dirinya yang jadi dosen pendampung dadakan), bismillah tapi kondusif kok. TM berjalan lancar dan kami sempat terlibat dalam obrolan hangat dengan dosen pendamping asal Bandung, ini masih abang-abang (soalnya masih muda). Bang Tio namanya, easy going. Setidaknya kali ini obrolannya sedikit berbobot dengan topik bahasan yang bermutu terkait jurusan, penelitian, dosen, dan beberapa bahasan lainnya.
Terima kasih di, sudah menemaniku sejauh ini (ciye terhura). Waktu TM sama sekali ngga kepikiran buat ngajak dosen pendamping. You know lah kepadatan jadwal dosen, apa lagi TM nya hari Sabtu, ngga enak hati buat ngajak beliau. Tapi waktu itu juga, buat hari H-nya saya coba menghubungi Ibu Sav yang udah jadi teman diskusi waktu persiapan lomba dan membahas beberapa materi tentang Manajemen Unit Kerja. Beliau udah exited banget buat ngedampingin. Tapi, lagi-lagi memang ditakdirkan buat mandiri. Beliau ngga bisa karena surat tugas dari kampus ngga bisa mendadak. Sebenernya saya mau cerita lebih banyak soal beliau, mengenai hubungan kami. :D Tapi nanti saja, dikhawatirkan terlalu dramatis hehe.
Setelah TM selesai, saya bersama Dyan memutuskan langsung pulang (niatnya mau jalan-jalan tapi susah di transportasi). Dan anehnya kami pulangnya naik kereta, padahal awal naik bus, terus motorku gimana di parkiran Terminal Giwangan? (ini ada cerita tersendiri). Kami kembali ke Jogja naik prameks (Prambanan Ekspres) dengan tiket seharga 8K (wow murah sekali), ya begitulah. Kurang lebih 1 jam kami berdiri karena semua kursi penuh, luamayan pegeel tapi greget. Akhirnya sampailah di Stasiun Tugu, lalu jalan ke Maliobor buat cari Trans Jogja dan sialnya halte di Jalan Malioboro tidak beroperasi karena ada karnaval. Kali ini ngga terlalu sedih, karena kami bisa liat karnaval tanpa sengaja (jarang-jarang), sambil bikin snapgram ala-ala anak keinian. Tapi niatnya buat promosi budaya nih hehe. Kali-kali aja temen nun jauh disana bisa melancong kemari.
Di lokasi karnaval, ramainya Subhanallah. Lalu kami menuju halte yang mungkin beroperasi waktu itu yaitu dekat Taman Pintar. Kami masuk dan langsung bayar. Tapi lagi-lagi kami ngga bisa, ada pemberitahuan kalau akan beroperasi kembali sekitar pukul 18.00 (OMG, harus nunggu satu jam). Yaah, akhirnya kami naik gojek menuju Terminal Giwangan. Sungguh perjalanan yang kurang efektif ya. Seharian muter-muter, sampe kepikiran gimana persiapan buat lomba besoknya, alias belum belajar beberapa materi dan udah capek banget rasanya seharian. Tapi keseruan muter-muter ini yang bikin greget, lol nya luar biasa. Selagi muda tak apa ya melewati ketidakjelasan ini :D
Selalu ingat, hasil yang besar perlu perjuangan yang besar juga guys. :)
To be continue....
Bismillah, mau nulis sepenggal cerita kemarin. Cerita yang menambah perspektif baru tentang hal yang ingin diperjuangkan. Tentang deep motivation, tentang hasrat untuk mencapai sebuah pencapaian, tentang rasa, dan tentang manajeman berfikir.
Beberapa hari lalu, waktu saya mendapat poster lomba yang saya ikuti kemarin. Saya merasa tertarik untuk mencobanya, walaupun niat sempat surut waktu mau bayar pendaftaran hehe (makhlum ya anak kos). Tapi akhirnya disela-sela waktu terkhir, saya mendaftarkan diri menjadi peserta lomba. Transfer lah saya di hari 'terakhir pendaftaran', which is hari pendaftaran udah diperpanjang sebelumnya. Tapi tak sia-sia dan Alhamdulillah dapat juara..... 1st winner. :)
Banyak cerita dibalik itu semua, mulai dari kereta, tiket abis, dosen pendamping, bus, gojek, Stasiun Purwosari, saling tunggu, kantin, sampai si abang dari Bandung. Paket lengkap ya. Ohya, bdw ikutan lomba apa sih sebenernya? Nama event nya itu Indonesian Medical Record Competition yang diselenggarakan oleh Apikes Citra Medika Surakarta, dimana terbagi menjadi tiga kategori yaitu Statistik Rumah Sakit, Pemrograman Rekam Medis, dan yang terakhir Manajemen Unit Kerja. Yang terakhir ini nih yang saya coba perjuangkan *ehh. Iya, benar memang adanya demikian. Kalau Statistik Rumah Sakit, rasa-rasanya saya belum dulu karena ngga terlalu eksak-able, malah akhir-akhir ini lebih suka soshum. Kalau pemrograman, bisa-bisa coding gatot, mungkin karena potensi di pemrograman masih timbul tenggelam ya. Nah, kalau Manajemen Unit Kerja ini lah yang sampai saat ini menjadi passion. Lebih suka manajemen, lebih suka menganalisis permasalahan lalu mencari solusi, konkrit, dan semoga solutif. Apa lagi kalau manajemen dikolaborasikan dengan leadership, pasti akan menciptakan suatu yang luar biasa.
Padahal ini belum masuk inti cerita, tapi udah panjang bener ya. Jarang-jarang prolognya sepanjang ini. Nah, karena prosesnya berhari-hari jadi saya coba tulis per part. And those are really memorable moments for me, thank you so much for everyone who involved in my journey.
Sabtu, 25 Maret 2017
Ini adalah hari dimana saya memulai Technical Meeting, belum terpikiran bakal sama siapa ke Surakarta, sampai pada akhirnya ada temen yang nawarin buat nemenin. Awalnya ngga ada niatan buat ngajak siapa pun, kepikiran aja kalau waktu mereka bakal ngga produktif cuma buat nemenin TM doang hehe. Ehh ternyata doi nawarin diri, Alhamdulillah rejeki nomplok. Doi ini namanya Dyan, anak yang kalo selfie bilang 'aduh kayak ibu-ibu ya', padahal kan mother characteristic ya a.k.a keibuan :D
Rencana awal ingin naik kereta pukul 7.15 (biar so sweet) tapi ternyata kehabisan tiket. So, dengan berat hati kami menuju Terminal Giwangan dan akhirnya naik bus. Ala-ala anak muda, kami berdua ngobrol banyak hal mulai dari kisah merah jambunya doi, soal kampus, persiapan lomba, dan hal remeh temeh ngga penting lainnya. Cukup sekitar satu jam lebih beberapa menit, kami sampai di Surakarta. Turun di depan Rumah Sakit Panti Waluyo dan naik gojek sampai Apikes Citra Medika. Sampai sana sekitar pukul 08.30, sedangkan TM terjadwal pukul 10.00. Jadi kami memutuskan untuk sarapan pagi dulu di kantin. Hal yang paling saya ingat, saya berasa orang asing waktu itu. Bukan karena apa, tapi setiap mata memandang dan saya berasa salah kostum (read: kaya anak main). Semua mahasiswa berseragam rapih, berjilbab dengan warna yang sama dan memakai hair net bagi yang tak berjilbab. Meskipun awkward moment, kami pun tetap makan dengan tenang dan seolah tak terjadi apa-apa. Akhirnya perut pun kenyang.
Kali ini ngobrol cantik "Eh Des, gimana kalo nanti aku ngga boleh masuk?". "Halah udah, katanya bebas kok, kamu jadi pendamping aku aja" jawabku. Dan ternyata doi beneran ngisi presensi di daftar dosen pendamping. Itulah sedikit obrolan singkat yang 'kurang penting'. Saat TM pun kami kasak-kusuk ngga jelas (ngebahas soal dirinya yang jadi dosen pendampung dadakan), bismillah tapi kondusif kok. TM berjalan lancar dan kami sempat terlibat dalam obrolan hangat dengan dosen pendamping asal Bandung, ini masih abang-abang (soalnya masih muda). Bang Tio namanya, easy going. Setidaknya kali ini obrolannya sedikit berbobot dengan topik bahasan yang bermutu terkait jurusan, penelitian, dosen, dan beberapa bahasan lainnya.
Terima kasih di, sudah menemaniku sejauh ini (ciye terhura). Waktu TM sama sekali ngga kepikiran buat ngajak dosen pendamping. You know lah kepadatan jadwal dosen, apa lagi TM nya hari Sabtu, ngga enak hati buat ngajak beliau. Tapi waktu itu juga, buat hari H-nya saya coba menghubungi Ibu Sav yang udah jadi teman diskusi waktu persiapan lomba dan membahas beberapa materi tentang Manajemen Unit Kerja. Beliau udah exited banget buat ngedampingin. Tapi, lagi-lagi memang ditakdirkan buat mandiri. Beliau ngga bisa karena surat tugas dari kampus ngga bisa mendadak. Sebenernya saya mau cerita lebih banyak soal beliau, mengenai hubungan kami. :D Tapi nanti saja, dikhawatirkan terlalu dramatis hehe.
Setelah TM selesai, saya bersama Dyan memutuskan langsung pulang (niatnya mau jalan-jalan tapi susah di transportasi). Dan anehnya kami pulangnya naik kereta, padahal awal naik bus, terus motorku gimana di parkiran Terminal Giwangan? (ini ada cerita tersendiri). Kami kembali ke Jogja naik prameks (Prambanan Ekspres) dengan tiket seharga 8K (wow murah sekali), ya begitulah. Kurang lebih 1 jam kami berdiri karena semua kursi penuh, luamayan pegeel tapi greget. Akhirnya sampailah di Stasiun Tugu, lalu jalan ke Maliobor buat cari Trans Jogja dan sialnya halte di Jalan Malioboro tidak beroperasi karena ada karnaval. Kali ini ngga terlalu sedih, karena kami bisa liat karnaval tanpa sengaja (jarang-jarang), sambil bikin snapgram ala-ala anak keinian. Tapi niatnya buat promosi budaya nih hehe. Kali-kali aja temen nun jauh disana bisa melancong kemari.
Di lokasi karnaval, ramainya Subhanallah. Lalu kami menuju halte yang mungkin beroperasi waktu itu yaitu dekat Taman Pintar. Kami masuk dan langsung bayar. Tapi lagi-lagi kami ngga bisa, ada pemberitahuan kalau akan beroperasi kembali sekitar pukul 18.00 (OMG, harus nunggu satu jam). Yaah, akhirnya kami naik gojek menuju Terminal Giwangan. Sungguh perjalanan yang kurang efektif ya. Seharian muter-muter, sampe kepikiran gimana persiapan buat lomba besoknya, alias belum belajar beberapa materi dan udah capek banget rasanya seharian. Tapi keseruan muter-muter ini yang bikin greget, lol nya luar biasa. Selagi muda tak apa ya melewati ketidakjelasan ini :D
Selalu ingat, hasil yang besar perlu perjuangan yang besar juga guys. :)
To be continue....
Tulisan ini ditulis pertama kali tanggal 28 Maret '17.
Dan baru melalui proses editing sekarang :D
Ykt 09-04-2017, 11:27 PM
No comments:
Post a Comment