Saat kusampaikan sapa, kau jawab sapa. Saat kutanya kabar, kau jawab kabar. Saat kutanya apa saja, kau jawab apa saja. Tak perlu ada suatu yang mengada-ada, semuanya apa adanya. Dan ternyata kumulai tersadar ternyata kita berkawan. Berkawan dengan sosok sepertimu, seorang yang selalu energik dalam setiap kesempatan. Rupanya udara sejuk Selatpanjang salah satu daerah di Meranti, mampu membuatmu selalu semangat dan buat semangat yang lain.
Tulisan ini aku dedikasikan untuk mu, kawanku, sahabat, mentor, seorang yang mampu ciptakan cerita manis di kota istimewa ini, Yogyakarta. Kau adalah Rismanidar, manusia yang bernafas dengan paru-paru sama sepertiku, sama-sama punya 24 jam sehari, tetapi berasal dari daerah yang berbeda. Rismanidar, gadis asal Meranti yang mempunya mimpi besar, juga memiliki visi yang sama untuk terus maju. Itu lah salah satu alasan kenapa kita dekat. Sosok yang terbawa takdirnya hingga sampai di kota ini, salah satunya untuk bertemu denganku. Jika kita tanya, tak pernah ada yang menyangka kita akan bertemu dengan siapa dan akan melewati apa dengannya. Seperti kau bilang, kau tak pernah menyangka akan kuliah di kota ini, kota yang orang bilang penuh kenangan di setiap sudutnya. Dan aku percaya itu, karena kau juga salah satu pemasok kenangan itu. Menambah sesaknya kenangan yang teringgal di kota ini, terkhusus semua kenangan di kampus kerakyatan yang sebentar lagi kau tinggalkan bersama mimpi-mimpimu.
Berawal dari salah satu konferensi internasional di Kuala Lumpur, Malaysia, alam mulai bicara, pertemukanku dalam kesempatan yang luar biasa. Kalau boleh sedikit bercerita, saat itu aku ke bagian akademik kampus untuk mengurus lembar pengesahan permohonan bantuan dana, karena dirasa konferensi yang kuikuti sama dengannya, aku diberi berkas milik cik Risma. Saat itu juga aku tahu, ternyata kami berjodoh. Singkat cerita aku memulai menyapa lewat sosial media dan cerita berawal dari itu. Tapi ternyata kami sebelumnya tahu dalam diam, kami berada di suatu program pelatihan kepemimpiman yang sama, SP2KM (Sahabat Percepatan Peningkatan Kepemimpinan Mahasiswa) program tahunan dari Direktorat Kemahasiswaan UGM.
Cik semoga suatu saat nanti kau bisa bekerja di BI (Bank Indonesia) seperti harapan yang kau sampaikan malam itu. Semangatmu pantas diacungi empat ibu jari, barangkali aku pinjam ibu jari yang lain kalau boleh. Mau tukang becak, tukang parkir, siapa saja kau semangati. Setiap topik bisa jadi bahan diskusi yang renyah. Setiap peluang diambilnya, setiap saat selalu ramah dengan siapa saja. Aku belajar banyak dibuatnya. Dan ternyata sama-sama tiga tahun tinggal di Jogja, baru pertama kali foto di Jantung Yogyakarta, di depan Tugu Jogja. "Eh lewat sini aja ya, biar bisa lewat Tugu," kata ku saat menuju Jalan Malioboro. "Oh iya, sekalian foto di Tugu," katanya. "Oh iya iya, kamu udah pernah foto di Tugu cik?" tanyaku. "Belum, kamu?" tanyanya lagi. "Belum juga," lalu kita tertawa bersamaan menyibak ramainya jalanan kota Jogja.
Ingat ngga cik, kalau kita pernah sehari 3 kali makan di tempat yang sama demi terselesaikannya sebuah projek. Pondok cabe menjadi saksi. Kalau yang ini aku berharap waiter nya ngga pernah bosan sama kita. Kita beberapa kali juga ikut lomba, tapi beberapa kali juga ngga menang. hehe. Ini bukan soal kalah atau menang, tapi prosesnya telah berhasil buat kita naik kelas (upgrade diri). Coba kuingat lagi, disela-sela rutinitas padatnya perkuliahan kita pernah ke Salsabila Farm. Tak terlalu kecewa karena datang bukan pada musim buah, karena ternyata kita bisa juga makan buah naga sampe kenyang. Habis itu dilanjut ke Turi untuk berjumpa dengan sosok luar biasa pencipta bioetanol dari limbah salak.
Ohya, aku juga minta maaf cik, di hari besarmu, saat wisuda aku tak bisa bertemu. Dan satu hal lagi nih, kayaknya kau satu-satunya orang yang tahu harga dari pemberian yang aku kasih. Karena sialnya aku keceplosan, aku ceritakan gimana proses nawar harga waktu beli itu. haha. Sampe seengga penting itu cerita juga, dan juga pertanyaan ngga penting lainnya. Semisal, "Cik, kamu pernah suka sama orang ngga?", atau pertanyaan fundamental lainnya "Cik, apa sih life goal mu?", dan lain-lain-lain-lain hehe.
Cik, coba inget lagi. Kita hampir banget ketinggalan pesawat haha. Lari-lari di bandara, juga sempet dimarahin bule waktu di bagian imigrasi karena mohon ijin duluan. Hal itu cukuplah buat kita sadar bahwa on time itu penting banget. Waktu udah sampe di seat masing-masing, duduk bentar, dan pesawat langsung take off. Lega. Terus ngga sadar diri, bukannya bersyukur, malahan kita ketawa-tawa ngga jelas sambil ngatur nafas habis lari. Tingkat kepanikan waktu itu bisa dibilang lumayan akut. Coba aja kalau benar ketinggalan pesawat, bisa jadi gembel di negeri orang.
Soal obrolan semalam di Jalan Malioboro, ternyata belum cukup juga. Makan bakso di pedagang kaki lima, makan ice cream, sekedar jalan-jalan saja sambil ngobrol dan menikmati romantisme suasana malam di Malioboro cukup buat kita bisa belajar satu sama lain. "Cik, kau lihat baik-baik. Bagian sini, itu, semua suasana di sini sebelum kamu besok balik ke Riau. Biar kau ingat kalau ini Malioboro," begitu kurang lebih kataku sambil terus jalan. Tak cuma Malioboro saja, kuharap kau juga akan mengingatku, tak lupa kalau aku adalah Destri Karlina, seorang yang kadang suka bilang "so inspiring, u*ch (mencoba mengurangi ini setelah tahu artinya)" di kolom komentar atau pun saat chatting. Seperti tanah yang merindukan hujan, selalu berharap dia datang untuk menyuburkan. Tunggu kedatanganku, doakan aku jadi orang kaya biar bisa beli tiket pesawat ke Riau hehe. Empat jam berlayar, sampai di Tanjung Buton, lanjut ke kampung halamanmu. Entah dimana, nanti kutanyakan lagi ya alamatnya hehe.
Teruntuk kawanku, kudoakan semoga kau segera jadi orang sukses, kembangin daerahmu, buat perpustakaan di desa, mengabdi di Kabupaten Meranti, lanjut study master di Prancis, dan bagi-bagi kelak suskesnya :D. Ohya satu lagi, kutunggu bukumu yang katamu bakal kautulis waktu udah S2. Doakan aku juga cik, supaya nanti kita bisa berbagi kisah masing-masing di kesempatan mendatang.
Cik, dengan ini kau berarti salah satu orang yang berkesan in my life. Terabadikan di blog pribadiku, tanpa sensor dan jelas kusebutkan nama hehe. Karena beberapa orang yang berkesan lainnya hanya kutulis dan kusimpan di folder PC dengan berbagai alasan hihi. Dan sebenernya aku ngga mau keras-keras bilang ini, ingin bisik-bisik saja biar kau ngga bisa dengar. Karena pun aku tahu betul gimana ekspresimu kalau kau dipuji atau semacamnya haha.
Pesanku, aku ingin kau sehat selalu sampai kita bisa berjumpa lagi. Terima kasih kau sudah ajarkan aku untuk berani bermimpi, berjuang, dan tekun dalam berproses. Karena perihnya perjuangan ini belum seberapa. Jangan lupa kau bagikan ceritamu denganku, entah itu suka maupun duka aku akan tetap dengar. Terima kasih kebersamaannya cik. Maafkan juga kalau ada kilafku padamu ya cik. Terakhir, aku akan rindu logat melayumu.
Your cup of tea,
Destri Karlina
Yogyakarta, 29 Agustus 2017
17:50 WIB