Friday, August 24, 2018

Si Bocah

Friday, August 24, 2018
 
Ilustration (google.com)
Tatapannya kosong melompong, penasaran, kagum, dan entah kata apa lagi yang bisa menggambarkan wajah mungil si bocah. Usianya sekitar 5 tahun. Keluar dari kungkungan anak rumahan membuatnya berfikir lebih dan merasakan banyak "ohh" dan "wah" di ratusan sel otaknya. Ekspresinya sama seperti ekspresiku saat melihat view di puncak padar, melompong. 

Agaknya si bocah baru pertama kali melancong, saat bus kami sama-sama berhenti kuamati lekat-lekat setiap geriknya. Dalam hati "ahh lucunyaa", ingin rasanya setelah aku dapat berkembang biak akan kubawa si junior kemana-mana. Didetik yang sama, bak antitesis aku berfikir, apa sisa hariku akan lebih panjang dari ini. (Ah aku ini, terlalu banyak berfikir rupanya).

Kembali dengan si bocah, aku melihat polos tatapannya. Terlalu dini diisi dengan tinta kemalangan akan kerasnya realita hidup belasan tahun mendatang. Masa kanak-kanak idealnya haruslah bahagia, ciptakan memori tak terlupakan yang akan membentuk karakternya saat sudah bisa berfikir logis. Walaupun akan ada sedikit perjuangan heroik sang bunda membentuk anak teladan. 

Sampai disini saja tentang si bocah melompong yang begitu asyik melihat suasana baru yang tak biasa baginya. Kira-kira apa yang kita pikirkan ketika seusia itu? Sudah penasaran kenapa langit itu biru dan kenapa ombak di pantai bergelombang? Atau masih sibuk ngempeng dan bersembunyi di ketek bunda? Barangkali kita punya kesamaan :))