Thursday, April 20, 2017

Jangan Sentuh Hatinya

Thursday, April 20, 2017
Hasil gambar untuk diamond hati

Kamu tahu apa yang membuat hati perempuan tergerak? Jangan kau tanyakan pada angin yang sering kau minta untuk menyampaikan salam padanya. Tak perlu juga kau cari tahu apa isi hati perempuan. Karena aku akan sedikit menuntun jemariku untuk menuliskan tentang itu. Bukan bermaksud menelanjangi isi hati, barangkali ini akan menjadi hal baru untuk dilirik sebentar saja.

Hati perempuan itu halus, lembut, seperti kapas. Sungguh merugi seorang yang berani menyentuh hatinya tapi pada akhirnya hanya akan menitipkan luka lara. Meskipun hati perempuan mudah memaafkan, tapi ia tak mudah memudarkan ingatan tentang apa yang telah singgah di pedalaman hatinya (Fuadi, 2015). Meski tak mudah, akan ada pelabuhan baru untuk memulai berlayar bersama, itu sebuah keniscayaan.

Hati dan jiwa perempuan itu lembut, maka jangan kau maki dengan kata yang menyakitkan. Cukup diamkan dan utarakan dengan santun. Jangan kau tanyakan pada langit, kenapa ia bisa menerima apa saja yang singgah. Karena langit terlalu agung, meskipun kita tak pernah mendengar bisik angkuhnya. Kita tahu karena melihat.

Kadang, hati dan jiwa perempuan pun mudah pecah. Kita tak bisa melihatnya, karena hatinya tersimpan dalam. Dalam hal ini, aku beri kutipan dari Ali bi Abi Thalib "Sungguh wanita mampu menyembunyikan cinta selama 40 tahun, namun tak sanggup menyembunyikan cemburu meski sesaat". Jika sudah terpaut dengan hatinya, jangan lah patahkan. Jika tak bisa, maka tinggalkanlah.
Jangan sentuh hatinya.....

Meskipun mudah pecah, di lain waktu hati perempuan bisa lebih kokoh dari pada besi yang mudah karatan. Karena tak jarang ada besi yang terus mempertahankan ronanya sampai 40 tahun, pun akan menjadi rapuh dan berkarat. Lain dengan hati perempuan. Dari kutipan Ali bin Abi Thalib, hati perempuan sungguh kokoh menyembunyikan perasaannya hingga terus beranak pinak selama 40 tahun.

Cukup sudah kutuliskan sampai di sini. Tulisan singkat dan ringan. Ditulis dalam keadaan sadar dengan prespektif penulis sendiri.


Yogyakarta, 19 April 2017
12:26 AM

Pict source: Marieclaire.co.id

Sunday, April 16, 2017

Anak Bawang

Sunday, April 16, 2017
Hasil gambar untuk hafalan quran

Bajunya putih, semua bersih, rapih, tanpa ada keraguan untuk melangkahkan kaki menuju kedamaian Ilahi. Iya, mereka adalah anak Permata (Pemberdayaan Rumah Tahfidz). Sebelum kujumpai mereka, awalnya aku curiga pada diriku sendiri, apa aku bisa menyesuaikan. Aku masih 'anak bawang', kabar kalau mau ada halaqah sugra (pertemuan siswa tahfidz) pun mendadak. Tapi akhirnya aku turut serta dalam rangkaian acara tersebut. 

Rasa khawatir mungkin ada, karena aku memang anak baru di sini (newbie). Tapi menjadi pembelajar tak perlu malu, yang penting semangat dan niat. Usiaku mungkin tak lagi remaja, aku sudah sampai pada kepala dua. Bahkan soal ini teman-teman sebaya sudah ada yang sering bahas tentng nikah :D. Wait, kita ngga fokus ke hal itu dulu ya. Sebelum nikah sudah pasti banyak sekali yang harus dipersiapkan, salah satunya memperdalam ilmu sebelum menjadi madrasah pertama bagi anak-anak. Bukan bermaksud ibu-able atau semacamnya, hanya saling mengingatkan saja demi peradaban yang lebih baik.

Sebelum melebar kemana-mana, aku ingin mengutarakan hariku sore ini pada semburat mega yang sudah tak lagi tampak. Ini pengalaman baru, sekaligus dapat suntikan motivasi untuk mncitai lebih pada Alquran. "Hati kita harus terisi dengan Alquran", begitu kata salah satu nasihat dari pemateri. Kelak seorang pengahfal Alquran pun akan mengadiahkan mahkota yang sinarnya mengalahkan sinar matahari kepada kedua orang tua, begitu juga kata pemateri yang lain. Apa lagi keutamaan bagi yang mengamalkannya?

Halaqah Sugra hari ini tak lama, dimulai dari setelah ashar sampai sebelum maghrib. Pada acara inti, semua siswa tahfidz membaca Alquran secara bersamaan kemudian dilanjutkan hafalan secara bersambung-sambung (sambung ayat). You know lah, anak bawang ini belum sampai punya banyak hafalan. Jadi aku mengikuti saja semampunya, dan kalau memang ngga hafal boleh sambil membaca.

Ternyata waktu begitu cepat belalu, jangan mau disibukkan dengan hal yang kurang berfaedah (pesan untuk diri sendiri juga). Untuk itu aku sampaikan satu hal lagi pesan dari pemateri, "jangan kita bahagia cuma karena kenikamatan duniawi saja. Alangkah senangnya orang yang bahagia dengan hal yang terpaut dan diridhai Allah". Artinya, sungguh membahagiakan orang bahagia yang bagaianya juga membahagikan-Nya (semoga paham maksudnya hehe). Misalkan kita bahagia jika mampu menghafal Alquran lebih banyak atau mempunyai amalan andalan lainnya.

Kini anak bawang pun menyadari, banyak hal yang harus dibenahi lagi. Sekian untuk hari ini, semoga ada hikmahnya. Aamiin.

Yogyakarta, 16 April 2017
07:04 PM

Pict Source: www.ummi-online.com

Saturday, April 15, 2017

Menunduk

Saturday, April 15, 2017
Hasil gambar untuk menundukkan pandangan bagi wanita

Kenapa harus menunduk? Tatap saja matanya! Tatap dengan tajam! Apa keberanianmu telah terpasung? Apa kamu merasa lemah? Tidak, bukan karena itu...

Kamu tahu, beberapa menit yang lalu saya menjumpai suatu hal. Soal topik ini sebenarnya sudah saya niatkan untuk menuliskannya. Tapi baru kali ini saya ada kesempatan dan barangkali mendapat inspirasi baru untuk menambah value tulisan ini. Semoga.

Akhir-akhir ini saya semakin berfikir jauh ke depan. Bukan soal life plan yang matang atau beberapa hal dalam jangka waktu ini, tapi lebih dari itu. Lebih dari sekadar memikirkan suatu hal, kemudian tercapai dan sudah. Hal ini juga berkaitan dengan perencanaan. Sematang-matangnya kita merencanakan sesuatu tapi jika kita tidak diberikan waktu untuk sampai pada titik perencanaan itu di masa mendatang, semua tak akan tercapai sempurna. Sebelum waktu kita terhenti, sebelum utusan-Nya memanggil kita untuk kembali. Lebih bijaknya memanfaatkan waktu sebisanya agar tak akan jadi kesia-siaan pada penghujung kisah anak Adam. 

Bukan bermaksud membubuhkan segelintir pesimisme, hanya saja perlu diingat kembali apa tujuan awal. Jujur saja saya merencanakan beberapa hal di waktu mendatang, dan sudah pasti kebanyakan orang pun melakukan demikian. Tapi bersamaan dengan itu saya cenderung berfikir, apa saya akan diberi waktu lebih lama, apa di masa yang akan datang saya masih bisa berdiri tegak seperti ini, apa saya diberi kesempatan lebih, apa saya..... Selanjutnya, kisah setiap anak Adam akan berakhir kapan, kita semua tak akan pernah tahu. Oleh karena itu, saya mulai menyadari bahwa besok saya masih ada atau sudah tidak ada itu adalah sebuah keniscayaan. Tinggal dipersiapkan saja bekal untuk kisah setelahnya. Titik ini pun yang menyadarkan saya to try my best untuk kesempatan yang masih ada. Karena keniscayaan juga jika waktu akan terhenti di saat yang tak terduga, bahkan ketika ketercapaian yang selama ini diagungkan belum sepenuhnya digenggam.

Kamu tahu? Ternyata saya terlalu takut. Menunduk membuat diri ini lebih nyaman, saya merasa kecil pada saat itu, merasa belum apa-apa, dan tak ada yang tersisa untuk disombongkan. Begitu juga ketika melihat seorang perempuan sebayaku sewaktu shalat Maghrib tadi. Dia menunduk, saya duduk di shaf ke dua tepat di sebelahnya. Dia menolehku sesaat dan tersenyum tipis sembari melanjutkan apa yang dia kerjakan sebelumnya. Entahlah sepertinya sedang berdzikir atau yang lainnya, dia tetap khusyuk. Meskipun suasana di dalam masjid dekat kos sedikit ramai, beberapa kali menjumpai dia menyeka pipinya. Saat itu sedang jeda antara adzan dan iqomah, jadi ada sedikit waktu untuk duduk menunggu iqomah dan mulai shalat Maghrib berjamaah. Saya masih saja mengamati, seperti ada sisi kehidupan yang membuatnya terus memohon pada-Nya. Entah apa pun itu, kami memiliki kesamaan. Menunduk menciptakan nuansa baru untuk terus sadar diri.

Selesai shalat berjamaah, kembali mendapat motivasi untuk fastabiqul khoirot. Sebelah saya ada yang sedang murojaah (mengulang hafalan Alquran). Kapan lagi dapat suasana seperti ini (maaf ya norak, saya masih seorang pembelajar), sebenarnya enggan untuk beranjak lebih awal. Tapi keburu akan dilanjut kegiatan PPM. Jadi saya pun pulang...

Menunduk bukan karena malu, karena pun menjaga pandangan itu perlu. Bukan karena keberanian ini mulai terpasung atau rasa ingin tahumu akan dunia mulai pudar. Baiknya silakan saja pilah apa-apa yang perlu dipandang tajam dan mana yang hanya boleh ditatap barang satu atau dua detik saja. Saya kembali teringat beberapa tahun yang lalu ketika mengunjungi salah satu pondok pesantren di Kediri. Disana semua santun, terjaga, perempuan dan laki-laki sangat dijaga pergaulannya. Sebagai anak SMA pada saat itu (maaf saya bukan anak pondokan atau pun aliyah), saya merasa terkesan melihat pengatur lalu lintas di pondok. Ini bukan lalu lintas di jalan raya yang mengatur kendaraan, tapi disini yang diatur adalah manusia. Jadi sistemnya seperti lampu merah di perempatan jalan, jalur laki-laki dan perempuan terpisah bagaikan dua arah jalan yang berbeda. Mereka sama sekali tidak berdesakan seperti yang kita tahu kalau pergi ke mall, semua orang berdesakan. Di tempat itu berbeda, MasyaAllah. Jangankan menatap dan saling melirik, berjumpa saja mereka di jalan yang berlainan. Pandangan yang terjaga.

Dengan menunduk saya merasa....

Yogyakarta, 15 April 2017
08:47 PM


Pict source: https://id.pinterest.com/pin/323414816974620765/

Sunday, April 9, 2017

TM Lomba Sungguh Greget

Sunday, April 09, 2017
Hallo selamat pagi..

Pagi yang cerah ya, secerah kabar bahagia itu datang bersama angin pagi yang membawa asa. Ditambah lagi hari ini libur, kebahagiaan yang hakiki. Dan telah diriwayatkan dalam kisah ini, kemarin adalah hari yang luar biasa. Prosesnya greget, bolak-baliknya greget, persiapannya greget, pengalamannya juga greget. Alhamdulillah hasilnya juga InsyaAllah greget.

Dear orang yang tersayang (orang tua), temen-temen, mas, mbak, kakak, adik, makasih ya atas supportnya. Luar biasa, entah saya mau bilang apa. Prosesnya mantap jiwa kalau orang bilang. :D

Bismillah, mau nulis sepenggal cerita kemarin. Cerita yang menambah perspektif baru tentang hal yang ingin diperjuangkan. Tentang deep motivation, tentang hasrat untuk mencapai sebuah pencapaian, tentang rasa, dan tentang manajeman berfikir.

Beberapa hari lalu, waktu saya mendapat poster lomba yang saya ikuti kemarin. Saya merasa tertarik untuk mencobanya, walaupun niat sempat surut waktu mau bayar pendaftaran hehe (makhlum ya anak kos). Tapi akhirnya disela-sela waktu terkhir, saya mendaftarkan diri menjadi peserta lomba. Transfer lah saya di hari 'terakhir pendaftaran', which is hari pendaftaran udah diperpanjang sebelumnya. Tapi tak sia-sia dan Alhamdulillah dapat juara..... 1st winner. :)

Banyak cerita dibalik itu semua, mulai dari kereta, tiket abis, dosen pendamping, bus, gojek, Stasiun Purwosari, saling tunggu, kantin, sampai si abang dari Bandung. Paket lengkap ya. Ohya, bdw ikutan lomba apa sih sebenernya? Nama event nya itu Indonesian Medical Record Competition yang diselenggarakan oleh Apikes Citra Medika Surakarta, dimana terbagi menjadi tiga kategori yaitu Statistik Rumah Sakit, Pemrograman Rekam Medis, dan yang terakhir Manajemen Unit Kerja. Yang terakhir ini nih yang saya coba perjuangkan *ehh. Iya, benar memang adanya demikian. Kalau Statistik Rumah Sakit, rasa-rasanya saya belum dulu karena ngga terlalu eksak-able, malah akhir-akhir ini lebih suka soshum. Kalau pemrograman, bisa-bisa coding gatot, mungkin karena potensi di pemrograman masih timbul tenggelam ya. Nah, kalau Manajemen Unit Kerja ini lah yang sampai saat ini menjadi passion. Lebih suka manajemen, lebih suka menganalisis permasalahan lalu mencari solusi, konkrit, dan semoga solutif. Apa lagi kalau manajemen dikolaborasikan dengan leadership, pasti akan menciptakan suatu yang luar biasa.

Padahal ini belum masuk inti cerita, tapi udah panjang bener ya. Jarang-jarang prolognya sepanjang ini. Nah, karena prosesnya berhari-hari jadi saya coba tulis per part. And those are really memorable moments for me, thank you so much for everyone who involved in my journey. 


Sabtu, 25 Maret 2017

Ini adalah hari dimana saya memulai Technical Meeting, belum terpikiran bakal sama siapa ke Surakarta, sampai pada akhirnya ada temen yang nawarin buat nemenin. Awalnya ngga ada niatan buat ngajak siapa pun, kepikiran aja kalau waktu mereka bakal ngga produktif cuma buat nemenin TM doang hehe. Ehh ternyata doi nawarin diri, Alhamdulillah rejeki nomplok. Doi ini namanya Dyan, anak yang kalo selfie bilang 'aduh kayak ibu-ibu ya', padahal kan mother characteristic ya a.k.a keibuan :D

Rencana awal ingin naik kereta pukul 7.15 (biar so sweet) tapi ternyata kehabisan tiket. So, dengan berat hati kami menuju Terminal Giwangan dan akhirnya naik bus. Ala-ala anak muda, kami berdua ngobrol banyak hal mulai dari kisah merah jambunya doi, soal kampus, persiapan lomba, dan hal remeh temeh ngga penting lainnya.  Cukup sekitar satu jam lebih beberapa menit, kami sampai di Surakarta. Turun di depan Rumah Sakit Panti Waluyo dan naik gojek sampai Apikes Citra Medika. Sampai sana sekitar pukul 08.30, sedangkan TM terjadwal pukul 10.00. Jadi kami memutuskan untuk sarapan pagi dulu di kantin. Hal yang paling saya ingat, saya berasa orang asing waktu itu. Bukan karena apa, tapi setiap mata memandang dan saya berasa salah kostum (read: kaya anak main). Semua mahasiswa berseragam rapih, berjilbab dengan warna yang sama dan memakai hair net bagi yang tak berjilbab. Meskipun awkward moment, kami pun tetap makan dengan tenang dan seolah tak terjadi apa-apa. Akhirnya perut pun kenyang.

Kali ini ngobrol cantik "Eh Des, gimana kalo nanti aku ngga boleh masuk?". "Halah udah, katanya bebas kok, kamu jadi pendamping aku aja" jawabku. Dan ternyata doi beneran ngisi presensi di daftar dosen pendamping. Itulah sedikit obrolan singkat yang 'kurang penting'. Saat TM pun kami kasak-kusuk ngga jelas (ngebahas soal dirinya yang jadi dosen pendampung dadakan), bismillah tapi kondusif kok. TM berjalan lancar dan kami sempat terlibat dalam obrolan hangat dengan dosen pendamping asal Bandung, ini masih abang-abang (soalnya masih muda). Bang Tio namanya, easy going. Setidaknya kali ini obrolannya sedikit berbobot dengan topik bahasan yang bermutu terkait jurusan, penelitian, dosen, dan beberapa bahasan lainnya.

Terima kasih di, sudah menemaniku sejauh ini (ciye terhura). Waktu TM sama sekali ngga kepikiran buat ngajak dosen pendamping. You know lah kepadatan jadwal dosen, apa lagi TM nya hari Sabtu, ngga enak hati buat ngajak beliau. Tapi waktu itu juga, buat hari H-nya saya coba menghubungi Ibu Sav yang udah jadi teman diskusi waktu persiapan lomba dan membahas beberapa materi tentang Manajemen Unit Kerja. Beliau udah exited banget buat ngedampingin. Tapi, lagi-lagi memang ditakdirkan buat mandiri. Beliau ngga bisa karena surat tugas dari kampus ngga bisa mendadak. Sebenernya saya mau cerita lebih banyak soal beliau, mengenai hubungan kami. :D Tapi nanti saja, dikhawatirkan terlalu dramatis hehe.

Setelah TM selesai, saya bersama Dyan memutuskan langsung pulang (niatnya mau jalan-jalan tapi susah di transportasi). Dan anehnya kami pulangnya naik kereta, padahal awal naik bus, terus motorku gimana di parkiran Terminal Giwangan? (ini ada cerita tersendiri). Kami kembali ke Jogja naik prameks (Prambanan Ekspres) dengan tiket seharga 8K (wow murah sekali), ya begitulah. Kurang lebih 1 jam kami berdiri karena semua kursi penuh, luamayan pegeel tapi greget. Akhirnya sampailah di Stasiun Tugu, lalu jalan ke Maliobor buat cari Trans Jogja dan sialnya halte di Jalan Malioboro tidak beroperasi karena ada karnaval. Kali ini ngga terlalu sedih, karena kami bisa liat karnaval tanpa sengaja (jarang-jarang), sambil bikin snapgram ala-ala anak keinian. Tapi niatnya buat promosi budaya nih hehe. Kali-kali aja temen nun jauh disana bisa melancong kemari.

Di lokasi karnaval, ramainya Subhanallah. Lalu kami menuju halte yang mungkin beroperasi waktu itu yaitu dekat Taman Pintar. Kami masuk dan langsung bayar. Tapi lagi-lagi kami ngga bisa, ada pemberitahuan kalau akan beroperasi kembali sekitar pukul 18.00 (OMG, harus nunggu satu jam). Yaah, akhirnya kami naik gojek menuju Terminal Giwangan. Sungguh perjalanan yang kurang efektif ya. Seharian muter-muter, sampe kepikiran gimana persiapan buat lomba besoknya, alias belum belajar beberapa materi dan udah capek banget rasanya seharian. Tapi keseruan muter-muter ini yang bikin greget, lol nya luar biasa. Selagi muda tak apa ya melewati ketidakjelasan ini :D
Selalu ingat, hasil yang besar perlu perjuangan yang besar juga guys. :)

To be continue....


Tulisan ini ditulis pertama kali tanggal 28 Maret '17.
Dan baru melalui proses editing sekarang :D
Ykt 09-04-2017, 11:27 PM