Tuesday, June 11, 2019

Tentang Selok View

Tuesday, June 11, 2019
Selok View

Salam olahraga! Eh maksudnya salam shaka! (kata temenku ini artinya salam untuk anak-anak travelers). Setelah aku berselancar di google, sebenarnya salam shaka itu bisa juga dipakai untuk mengatakan hallo atau sampai jumpa. Salam ini berasal dari Hawaii, dengan  cara memperlihatkan ibu jari dan kelingking, dan punggung tangan menghadap ke orang yang diberi salam.

Oke, oke lanjuut gaes, kembali ke judul... Jadi beberapa hari lalu aku baru saja dapat kesempatan 'jalan' setelah sekian purnama terlewati. Awalnya ingin hunting foto bertiga, tapi berhubung temanku yang satu loyal sekali dengan tempat kerjanya, dia balik ke Jogja lebih awal. Akhirnya aku hanya ditemani sohibku yang dari jaman SD sampai SMA selalu satu sekolahan.

Hunting foto kali ini tak perlu ke tempat yang jauh, bisa dibilang lumayan dekat dari rumah. Cukup 15 menit sampai lokasi dengan kecapatan santai dan sambil ngobrol gaes (30 Km/jam). Karena seumur jagung aku belum pernah yang namanya ke Selok View, sohibku juga sama jadi kami memutuskan ke sana. 

Sebelumnya apa sih Selok View itu? Tempat apa sih itu? Mmmm, jadi Selok itu tempat bertapa untuk mencari wangsit. Eh iya bukan to? Skip!  Jadi begini, Selok itu semacam bukit karena ketinggiannya hanya sekitar 160 mdpl, tapi kebanyakan orang menyebutnya Gunung Selok. Pemandangan dari Selok View tampak begitu ciamik, kita bisa melihat garis pantai dari barat sampai timur dan pesawahan hijau di bawahnya.

How to go there?


How to got there? Fly!
Kalau dari rumahku bisa naik sepeda motor atau bisa juga naik mobil (lokasinya ngga plosok-plosok banget ya gaes). Misal titik kumpul di terminal Adipala (salah satu kecamatan di Cilacap) menuju ke lokasi hanya sekitar 6,2 KM atau kalau dikalkulasikan dengan waktu hanya 10 menit perjalanan. Kalau untuk kendaraan umum sayang sekali tidak tersedia. Misal naik ojek online bisa, tapi kalau lagi ada ojol yang mangkal sekitar situ ya hehe. Harap makhlum di kecamatan masih sepi akses ojol. Jadi disarankan pakai kendaraan pribadi.

Setelah masuk ke lokasi, jalanan bisa dilewati kendaraan roda dua sampai roda empat. Hanya saja ketika berpapasan harus lebih hati-hati. Untuk medan jalannya pun tak begitu nggronjal karena sudah diaspal. Jalan berlubangnya bisa dihitung satu-dua, lainnya mulus.

Setelah melewati jalan beraspal, kami menuju parkiran motor khusus untuk pengunjung Selok View dan gratis tis parkirnya (perhitungan banget sih ya,  hmm). Walaupun parkir gratis tapi kendaraan tetap aman. Di sebelah tempat parkir juga ada warung, jadi bagi siapa saja yang butuh perbekalan bisa teratasi, minuman misalnya.

Kami hanya berdua dan menjadi pengunjung pertama lho hahay. Semangat banget nih, terniat gaes. Setelah itu kami jalan menanjak sekitar 10-15 menit untuk sampai ke puncak Selok View. Jaraknya sekitar 200 meter dengan medan yang sudah rapih (disemen) tapi sedikit licin karena berlumut. Di sepanjang jalan juga ditemani quotes ala-ala jadi membuatku tak merasa sendiri lagi *ehh. 
Ngobrol santai saja


HTM? 
Ketika sampai di kawasan Gunung Selok dikenai HTM Rp10.000,00. Pengalaman waktu kemarin ke lokasi aku gratis masuk dong wkwk. Soalnya masih pagi sekitar jam setengah 9 dan loketnya belum buka. Jadi tipsnya adalah mangkat gasik gaes, datang lebih awal, come early! Biar gratis. Eh tapi tapi, untuk meningkatkan pembangunan daerah dan peningkatkan pendapatan daerah sangat direkomendasikan bayar HTM ya hihi (kalau loketnya sudah buka tapi).

Selanjutnya untuk tiket masuk ke lokasi Selok View dikenai Rp5.000,00 saja. Disana bisa sepuasnya menikmati suasana di atas bukit Selok sampai jam lima sore. Setelah itu sepertinya tak terlalu dianjurkan, karena masih sangat sepi. Sebenarnya bagus kalau bisa dibuka untuk camping, apa lagi dengan suasana yang langsung bisa melihat ke langit luas. Kalau cuaca bagus, malam-malam camping sambil api unggun dan bebakaran, uww mantap gaes. Sebenarnya mimin lebih suka liat bintangnya, hmm...

Selok view
Sesampainya di Selok View kami langsung mengeluarkan amunisi andalan, yaitu hape dengan kualitas foto biasa saja dan tidak terlalu wow (makhlum belum ada yang menghibahkan mirorless f*jifilm X-T30 gaes). Tak lupa kami pun mengeluarkan properti untuk berfoto dan mengambil ambience yang cukup kemudian menikmati suasana pegunungan perbukitan. Luasnya Samudera Hindia dan serangkaian pesisir pantai selatan dapat dilihat langsung dari atas bukit.





Banyak orang memandang kupu-kupu, tapi lebih sedikit yang memandangnya ketika ia masih ulat. Kau tahu? Perubahan adalah keniscayaan. . Namun sekeras-kerasnya menjemput kata "berubah", entah dari sebabak belur apa dan sehina apa masa lalunya, atau sekarang masih merasa hina, dan mencoba menghapus status kehinaan dirinya.... Kita masih akan tetap sama, berasal dari saripati air yang hina. Bukan maksud untuk menghakimi diri begitu saja, hanya saja kenapa masih ada onggokan daging bernyawa yang lebih mahir menilai perihal orang lain dari pada dirinya sendiri. Aku hanya terdiam dan tersenyum simpul, tetapi hatiku sedikit gerimis. Angin fajar kala itu membawa pesan untuk segera selsaikan hibernasi dan ambil bagian dalam roda kehidupan. . . Selamat bulan suci ramadhan, semoga hati dan diri kita tidak turut menodai kesucian bulan ini, begitu juga bulan-bulan selanjutnya. Semangat menjadi baik dan penjemput bonus-bonus pahala dari-Nya 😘. . #travelingindonesia #traveller #selokview #mountain #hijabtraveller #explorecilacap #cilacapbercahaya #exploreindonesia #cilacap #cilacapkeren #cilacapkekinian #pesonaindonesia #wonderfulindonesia #blanket #blankettenun #blanketetnik #etnikindonesia #etniknusantara #hijabtraveler
Sebuah kiriman dibagikan oleh Destri Karlina (@destrikarlina) pada

Tips
  • Pakailah sepatu atau sandal gunung karena jalanan licin
  • Jangan lupa sediakan kamera dengan batrai full dan memori yang cukup
  • Properti foto juga jangan lupa dibawa
  • Ajak orang tersayang
  • Bawa minum
  • Jangan buang sampah sembarangan! :)
Itu saja ya gaes yang bisa aku share, semoga bermanfaat dan meningkatkan niat untuk berpiknik. Karena hidup itu terlalu sayang untuk dilewatkan melulu dengan rutinitas dan kepenatan. 
Salam shaka!



Sebuah kiriman dibagikan oleh Destri Karlina (@destrikarlina) pada