Wednesday, May 25, 2016

Bacaan Sore itu...

Wednesday, May 25, 2016

Perempuan kadang selalu identik dengan masalah hati, mungkin sebutan ini lebih cocok untuk cewek baper-an (read: hatinya mudah tersentuh) macam yang nulis tulisan ini. Sore kemarin di perpustakaan pusat, berawal dari niat hati akan menunaikan sembayang mghrib. Hati ini kembali bersemangat menapaki jalan lillahi, mengingat waktu dekat ini iman sedang naik turun tak menentu. 

Bacaan shalat sang imam sungguh merdu, menyejukan hati, dan menentramkan jiwa. Sejauh ini masih terngiang sampai penulis menuliaskan ini, masyaallah. Dengan imam shalat yang demikian merdunya, masyaallah, barangkali shalat pun akan menjadi hobi, dengan dalih tanpa mengurangi kemurnian niat shalat :')

Kemudian saya teringat dalam majelis yang menjelaskan tentang bab khusyuknya shalat. Ketika saya paparkan di awal, tentang baper yang identik dengan perempuan dan lebih banyak ditafsirkan dalam konotasi negatif. Agaknya, baper tidak melulu dalam artian yang demikian apalagi dalam artian kisah merah jambu anak muda. Coba sedikit di tengok kembali ke-baper-an kisah sahabat nabi di kala itu.

Diriwayatkan dari Albukhori : yang menjelaskan bahwa ketika Rosulullah sedang sakit, beliau meminta Abubakar untuk menggantikannya menjadi imam shalat. Kemudian Aisyah berkata kepada Rasulullah “Sesungguhnya ketika Abubakar berdiri menggantikan Engkau di depan orang-orang, tidak terdengar bacaannya oleh orang yang di belakang karena tangisannya”. Masyaallah, telah diriwayatkan Abubakar adalah sahabat nabi yang paling terhanyut hatinya. Teramat tersentuh hatinya saat membaca dan memaknai setiap arti bacaan shalat. Renungkan kembali. Bapernya Abubakar sungguh luar biasa dalamnya diatas khusuknya menjalankan ibadah, yakni ibadah yang nantinya akan dihisab pertama kali di akhirat.

Kemudian saya tengok kembali pada dimensi waktu yang berbeda, ya sekarang ini. Sudah seberapa dalam hati ini memaknai dalamnya isi bacaan shalat? Malu, sungguh malu. Masihkan setiap insan mengharapkan lebih pada-Nya? Ketika beribadah pun ala kadarnya. 

Masih ingatkah? Masih ingat? Kisah lain yang menceritakan seorang rajul shalat, kemudian dipanah kakinya dan panah itu dicabut tidak terasa? Sudah sampai sekhusyuk itu kah? Kisah mana lagi yang akan terus diceritakan sebagai pengingat dan cambuk diri yang masih jauh dari jalan istiqomah?

Tak luput, setiap ukhti shalihah pasti ingin mendapati imam shalat yang bagus bacaannya dan menjadi imam pribadi dalam shalat lima waktu. Begitu pun diri ini, tapi nampaknya kini harus kembali banyak bercermin. Who am I? Masih seorang yang perlu arahan dan bimbingan dalam perjalanan ke sebaik-baiknya tempat, yaitu Jannah. Belum sepenuhnya pantas dan istiqomah, tapi masih belajar untuk istiqomah. Seujung jari dari ke-luarbiasa-an Aisyah istri Rasulullah dan Asiyah istri Fir'aun laknatullah pun belum ada. Semoga kita semua termasuk golongan yang masih diberi kesempatan untuk terus menyempurnakan segala perintah-Nya. Aamiin.

Salam dari saya yang takut akan peradilan di hari akhir.

Yogyakarta, 25 Mei 2016
12:40 PM

pict source : http://iqna.ir/files/id/news/2016/2/22/631_950.jpg